Rabu, 01 Juni 2011

T I M U R

Ex oriente lux, demikian bunyi sebuah adagium populis yang tak jelas asal-muasalnya itu. Secara harafiah, adagium itu berarti: dari timur datangnya cahaya (from the east comes light)… tapi bukankah memang cahaya itu datang dari timur? Yang jelas adagium itu bukan sembarang majas. Dia merepresentasikan kejujuran –atau mungkin kesadaran– “Barat” di balik wajah hipokrisi mereka terhadap Timur.


Timur memang adalah arah mata angin, atau juga letak dalam klasifikasi geografis. Namun dalam konteks peradaban, memahaminya seperti itu terlalu simpleks. Timur sebagai peradaban menghadirkan makna yang kompleks. Bangsa Timur dikenal dengan nilai-nilai religiusnya yang memengaruhi dan mewarnai pola berpikir (state of mind), persepsi sampai pada tingkah laku (gestures, conduct). Dalam batas tertentu bahkan melahirkan polemik antara predestination dan determinism, dalam kasus Islam timbul faham Qadariyyah versus Jabariyyah.

Bangsa Timur menatap kejadian lewat pola keimanan (state of believing). Ketika terjadi bencana alam umpamanya, orang Timur tidak hanya menanggapi kejadian tersebut melalui scientific insidental, tapi juga melibatkan proses spiritual insidental. Bagi orang Timur, jagad raya adalah manifestasi dari Sang Pencipta. Memahami alam dan mengapresiasi gejala-gejalanya merupakan sumber hikmah atau wisdom yang sangat berharga bagi hidup manusia.


Timur adalah axis of spirituality. Sejarah mencatat agama-agama besar di dunia lahir di belahan Timur; dari apa yang disebut sebagian orang sebagai Abrahamic religion, yaitu Islam, Kristen dan Yahudi sampai dengan ajaran yang lahir melalui proses perenungan kontemplatif dan humanitas, seperti Budha dan Hindu. Sebagai poros spiritual, Timur juga banyak melahirkan tokoh-tokoh spiritual terkemuka, seperti Ghandi di India, Dalai Lama di Tibet, Khomeini di Iran, Konfusius di China dan lain sebagainya. Nietzche, filosof eksistensialis yang berteriak tuhan telah mati (god is dead) nyatanya pengagung Zaratustra tokoh spiritual asal Persia zaman kuno itu.

Timur adalah sumber kebijaksanaan (wisdom) dan pencerahan (enlightenment). Rabindranath Tagore peraih Nobel sastra dari India membenarkan itu. Kata bijak “cintailah musuhmu” diucapkan Nabi dari Timur. “taklukkan kemarahan dengan kesabaran, kejahatan dengan kebaikan” juga wisdom Nabi yang lain dari Timur. Tapi kata-kata “kenali musuhmu,” vini, vidi, vici, atau we are the super power dan sebagainya keluar dari mulut orang Barat. 


Ini bukanlah apologia. Barat bisa saja, dengan alasan serupa di atas, menganggap itu sebagai “karma” bagi bangsa Timur yang bebal dan pendosa. Tapi mencari guru spiritual di Barat hanyalah utopia. Nyatanya, para pendeta Kristen di Barat masih terus menyesali, “Spiritual has gone to the East.” Barat, kritik Iqbal, memang materialitis, individualistis dan mematikan rasa belas kasih dan persaudaraan antar manusia. Barat minus dengan nilai-nilai kebijaksanaan (lack of wisdom).


Menarik bila kita cermati pengakuan Hakim Agung Amerika Serikat tahun 70-an, William O. Douglas seolah menafsirkan dan mempertegas adagium tersebut di atas. Dia berkata, “One great contribution of the East to the West is charity or love, as epitomized by Muhammad...” 


Namun meskipun Islam lahir di Timur, Islam bukan Timur sebagaimana bukan Barat (la syarqiyyatin wa la gharbiyyatin). Dalam Alquran disebutkan, “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.” Demikianlah, Islam merupakan rahmatan li al-‘alamin.


Dia-lah (Allah) pemilik timur dan barat, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka jadikanlah Dia sebagai Pelindung... Al-Muzammil ayat 9.

0 komentar:

Posting Komentar