Jumat, 03 Juni 2011

Kebiadaban Zionis Israel



Oleh: Ichsan Sidik
(Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung)


Dokter Abu Aukal nyaris tak percaya dengan apa yang dilihatnya di Gaza. Jenazah Sahd (4 tahun) terkoyak-koyak akibat dimakan oleh anjing (milik) Zionis Yahudi. Puluhan jenazah wanita dan anak-anak Palestina korban kebiadaban Zionis sudah ia tangani. Tapi, kondisi jenazah Sahd sungguh mengerikan. Menurut saksi mata, tubuh anak itu dibiarkan selama beberapa hari menjadi santapan anjing-anjing bawaan tentara Yahudi Israel. Keluarga tak sanggup mengambilnya karena ditembaki tentara Israel begitu berusaha mendekati jenazah sang bocah (Republika, 15/01/2009).
Dalam bukunya yang menggetarkan “From Beirut to Jerusalem”, dokter Ang Swee Chai menulis “…Gereja telah mengajarkanku bahwa anak-cucu bangsa Israel adalah anak-anak pilihan tuhan. Teman-temanku sesama Kristiani mengatakan bahwa berkumpulnya orang-orang Yahudi dari seluruh dunia di Negeri Israel adalah pemenuhan janji Tuhan yang terdapat dalam pengabaran-pengabaran di Kitab Injil.”
Menurut dokter Ang, penciptaan Negara Israel yang memberi semua orang Yahudi sebuah rumah yang membuat mereka terbebas dari penganiayaan dan siksaan adalah suatu tindak keadilan – bahkan suatu keadilan dari Tuhan. Namun pandangannya berbalik seratus delapan puluh derajat ketika menyaksikan kebrutalan tentara Israel terhadap para pengungsi Palestina di Lebanon.
“Tentara-tentara Israel dan sekutunya itu merangsek ke rumah-rumah dan gang-gang kecil sambil menembakkan senjata mereka dengan royal. Granat dan dinamit mereka lemparkan ke jendela-jendela rumah yang penuh berisi orang. Para perempuan banyak yang diperkosa sebelum dibunuh. Para bayi Palestina diremukkan tulang-tulang dan kepalanya sebelum dibunuh. Banyak anak-anak kecil dilempar ke dalam api yang menyala-nyala, yang lain tangan dan kakinya dipatahkan oleh popor senjata. Untuk pertama kalinya aku menangis di sini.”
Di hari-hari pertama di Lebanon, dokter Ang telah menjumpai banyak fakta bahwa di wilayah ini Israel telah melakukan semacam uji coba berbagai bom-bom terbaru buatan mereka: Implosion bomb atau vacuum bomb, fragmentation bomb atau cluster bomb dan fosfor bomb. Menurutnya, Israel jelas tidak ingin sekedar membunuh musuh-musuhnya namun juga ingin membuat musuh-musuhnya menderita berkepanjangan sebelum menemui ajal.

Israel: The Real Terrorist
Selama ini, Israel menampilkan diri sebagai pesakitan, objek tertindas yang disimbolkan dengan kisah David vs Goliath, di kawasan Arab. Ini terjadi sejak disebarkannya mitos holocoust. Tom Segev (1993: 558) mengatakan, “Menurut janji Ilahiah yang terkandung dalam Bibel, genocide adalah sebuah unsur penjustifikasian ideologis bagi penciptaan negara Israel.” Roger Garaudy dalam bukunya Mitos dan Politik Israel (2000) menyimpulkan bahwa holocaust merupakan eksploitasi politis yang dibesar-besarkan dan disakralisasi. Mitologi Zionis merupakan kejahatan dan sebuah ancaman permanen terhadap persatuan dan perdamaian dunia karena lobi Zionis terhadap kekuatan Amerika dan selanjutnya terhadap opini dunia. 
Sejak merampas tanah Palestina dan mendirikan negara Israel, 14 Mei 1948, kaum Zionis tak henti-hentinya menebar teror dan kekejaman. Pada 10 November 1975, Majelis umum PBB mengeluarkan Resolusi 3379 yang menyatakan, “Zionisme adalah sebentuk rasisme dan diskriminasi sosial.” Pada tahun 1955, Mantan Menteri Luar Negeri RI Roeslan Abdulgani dalam Konferensi Asia Afrika mengatakan, “Zionisme boleh dikatakan sebagai kolonialisme yang paling jahat dalam zaman modern sekarang ini.”
Mordechai Vanunu, seorang Yahudi kelahiran Maroko, pada tahun 1986 menyatakan bahwa Israel telah memiliki senjata berhulu ledak nuklir, yang diproduksi di instalasi nuklir Dimona yang terletak di Gurun Pasir Negev. Kesaksiannya harus dibayar mahal, yang setelah ditangkap di Roma lewat suatu operasi intelejen MOSSAD, harus mendekam dalam sel isolasi selama belasan tahun dan sampai hari menjadi tawanan Israel. Dia mengatakan, “Pemerintah Israel adalah orang-orang yang kejam.” Vanunu memperlihatkan simpatinya yang begitu tinggi kepada rakyat Palestina. “Saya ingin melihat Palestina merdeka dan Negara Israel hilang, karena kaum Yahudi dunia benar-benar tidak membutuhkan negara khusus.”
Prof. Shahak, cendikiawan Yahudi mengatakan, “Mayoritas bangsa Israel telah kehilangan Tuhan mereka dan menggantinya dengan sebuah berhala, sama persis seperti ketika mereka memuja anak sapi emas di padang pasir, dimana mereka mengorbankan emasnya untuk sebuah patung. Nama berhala modern mereka adalah negara Israel.” (Roger Garaudy, 2000: 126). Menurut Shahak, keberadaan negara Israel yang sangat rasialis memang merupakan ancaman bagi perdamaian dunia.
Illan Pappe, sejarawan Yahudi yang menyandang julukan “Orang Israel yang paling dibenci di Israel” karena memihak hati nurani dan tanpa takut membongkar mitos-mitos Zionisme, saat ditanya kenapa orang Israel bisa melakukan kekejaman terhadap rakyat Palestina, dia menjawab, “Ini buah dari proses panjang dari pengajaran paham, indoktrinasi, yang dimulai sejak usia taman kanak-kanak, semua anak Yahudi di Israel dididik dengan cara ini. Anda tidak dapat menumbangkan sebuah sikap yang ditanamkan di sana dengan sebuah mesin indoktrinasi yang kuat, yaitu menciptakan sebuah persepsi rasis tentang orang lain yang digambarkan sebagai primitif, hampir tidak pernah ada dan penuh kebencian: Orang itu memang penuh kebencian, tapi penjelasan yang diberikan di sini adalah ia terlahir primitif, Islam, anti-Semit, bukan bahwa ia adalah seorang yang telah dirampas tanahnya (Baudion Loos, “An Interview of Illan Pappe,” 29 Nov 1999, http://msanews.mynet.net/Scholars/Loos/ pappe.html).
Indoktrinasi ini berasal dari Talmud sebagai penjelasan The Old Testament (Perjanjian Lama) dan “pegangan moral” satu-satunya bangsa Yahudi. Yang paling utama adalah indoktrinasi bahwa hanya bangsa Yahudi yang manusia, sedangkan Ghoyim (orang non-Yahudi) adalah hewan (Baba Kamma 113a, Yebamoth 98a, Soferim 5, Kaidah 10, Chullin, 19b, sanhedrin 58b, Chagigah 15b, Zhohar 25b). Bahkan kisah Yosua dalam Perjanjian Lama (Yosua X: 28-36) dan ayat-ayat lain dalam PL “menginspirasi” genosida dan kejahatan perang yang dilakukan mereka.
Melihat track record perilaku kaum Zionis selama ini, pembantaian ribuan warga Palestina sebenarnya memang tidak aneh. Zionis Yahudi memang haus darah. Karena itu kita benar-benar ironi, masih ada segelintir manusia yang menganggap Hamas sebagai teroris. Klaim itu, selain ahistoris juga terkesan apologetik. Hamas sebagai sebuah pergerakan bisa saja diberangus, tapi “mastermind of terrorism” Zionis Israel inilah akar permasalahannya. Negera yang secara de jure tidak sah; negara yang dibangun atas dasar mitos-mitos politis dan ideologis; negara yang didirikan di atas air mata dan darah jutaan warga Palestina. Israel adalah negara teroris, The Real Terrorist!!!   

0 komentar:

Posting Komentar